Sabtu, 08 Februari 2014
Wisata Alam Armaya Medan
Pernahkah Anda bertanya, buat apa sih mesti lama-lama menghabiskan waktu di warung kopi kalau toh hanya untuk sekadar menyeruput kopi atau teh yang seharusnya bisa dilakukan dalam kurang lebih dalam hitungan menit? Salah satu jawabannya mungkin ialah, di kafe, secangkir teh bisa diselingi banyak hal; mulai dari cerita picisan, gosip, romantis, hingga obrolan serius ala politikus, dan selingan berbagai jenis musik dari keroncong sampai jazz atau blues. Ada banyak hal yang bisa dilakukan di kafe, karena secangkir teh atau kopi bisa memiliki banyak arti.
SEJAK ratusan lalu, teh atau kopi telah menjadi minuman yang fungsinya tak sekadar menghangatkan tubuh atau menenangkan pikiran. Orang Inggris misalnya, meyakini, secangkir teh bisa membuat pikiran lebih tenang, setidaknya kalau Anda meminum teh sendirian. Tentu beda lagi sensasinya kalau Anda menikmati teh dengan seseorang atau beberapa orang yang dekat dengan Anda.
Ada banyak juga istilah yang sering dipakai memaknai minum kopi. Misalnya, mengutip kalimat Ong Sun Chin (1968) yang tertera di ruangan Kopi Tiam Ong di Jalan Dr. Mansyur Medan, “Minum cangkir pertama sebagai orang asing, minum cangkir kedua bagaikan teman, minum casngkir kedua menjadi saudara.” Hmm…
Karena menganggap minum teh atau kopi merupakan sebuah momen yang sangat berkesan, tak sedikit kemudian yang sengaja menciptakan atau mendesain ruangan atau suasana yang pas untuk itu. Muncullah sejumlah kafe yang menawarkan suasana yang berbeda, namun tetap ingin menekankan makna bahwa minum teh di kafe jelas lebih beda dengan suasana minum teh di rumah atau sendirian. Kali ini, kami pun akan mengajak Anda terlebih dahulu ‘nongkrong’ di beberapa warung kopi (warkop) di Medan; mulai dari warkop kaki lima hingga kafe kelas bintang lima.
Nongrong di warkop kaki lima, meski terkadang harus berurusan dengan nyamuk nakal atau aroma parit yang tak sedap, memiliki kenikmatannya tersendiri. Paling tidak, nongkrong di warkop lebih bebas dan tidak sekaku yang Anda lakukan bila misalnya nongkrong di kafe di hotel-hotel berbintang. Anak Medan termasuk yang paling doyan nongkrong di warkop kaki lima. Alasannya, yang jelas, pasti karena lebih murah. Harga segelas kopi atau teh di warkop masih sangat terjangkau. Untuk ukuran kantong mahasiswa misalnya, masih bisa mentraktir teman-teman.
Salah satu lokasi nongkrong yang masih tetap ramai di Medan misalnya, di warkop kawasan Jalan Sudirman, tepatnya di sekitar lokasi Taman Ahmad Yani Medan, tak jauh dari RSU Elisabeth Medan. Setidaknya ada sepuluhan warkop yang selalu ramai di sana selama 24 jam. Orang-orang yang nongkrong di sana tampak selalu ceria dengan banyak obrolan, dengan kopi atau teh tarik. Untuk membuat obrolan lebih lama, beberapa makanan seperti mie aceh, nasi kucing atau mie instan, juga tersedia di warkop yang biasanya akan lebih ramai di pada Sabtu malam itu.
Selain di warkop Elisabeth, suasana yang paling tidak serupa bisa Anda nikmati juga di warkop yang berada di kawasan Jalan Halat Medan, warkop di kawasan tepi jalan Ringroad, atau warkop di kawasan Taman Gajah Mada, yang belakangan mulai sepi karena tidak lagi diijinkan oleh pemerintah Kota Medan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar