Deles Indah adalah
Obyek Wisata yang berlokasi di lereng kaki gunung Merapi sebelah timur ±
25 km dari Kota Klaten, Deles terletak di Wilayah Desa Sidorejo Kecamatan
Kemalang, dengan ketinggian antara 800 m – 1300 m diatas permukaan laut.
Deles indah memiliki potensi spesifik suasana pemandangan alam pegunungan.
Dari obyek wisata deles dapat dilihat pemandangan puncak Merapi dengan
nyata, pemandangan kota Klaten yang dihiasi dengan cerobong Perusahaan
Gula gondang Baru & perusahaan Ceper Baru dengan berselendangkan
Rowo Jombor dengan Jajaran Gunung Kapurnya merupakan Panorama yang
Indah. Di sekitar Deles Indah ini dikenal pula beberapa peninggalan
sejarah dan juga tempat rekreasi khusus antara lain : Bekas Pesanggrahan
Sunan Paku Buwono X Makam Kyai Mloyopati Sendang Kali Reno Taman
Rekreasi Ngajaran Taman Pemandangan Pring Cendani Gua sapuangin /
Siluman.
Deles Indah yang dulu menjadi primadona
wisatawan untuk berlibur di Klaten, kini merana, sepi dan ditinggalkan
pecintanya. Warung-warung dari gubuk bambu yang pernah menghiasi
sepanjang pinggiran jalan setapak yang membelah hutan lereng Gunung
Merapi Desa Sidorejo, Kemalang, tersebut kini juga sudah tidak ada lagi.
Tinggal onggokan gubuk yang roboh karena lapuk dimakan hujan dan panas.
Padahal dulu para wisatawan bisa berteduh di gubuk-gubuk warung itu
sambil menikmati, hangatnya mi atau kopi tradisional khas buatan penjaja
warung di Deles ini. Sekarang juga sudah tidak ditemukan lagi
bocah-bocah yang menjajakan tikar atau menawarkan bunga edelweis untuk
suvenir. Keramahan masyarakat dalam menyambut wisatawan sudah sirna
seiring semakin senyapnya pamor objek wisata Deles Indah tersebut.
Setiap akhir pekan, pada masa jayanya,
Deles Indah dijejali oleh para pengunjung. Hampir di setiap sudut bawah
rindangnya pohon ada kumpulan wisatawan baik keluarga maupun sejoli yang
memadu kasih. Namun akhir pekan lalu, sejak pagi hingga siang hanya ada
empat pengunjung. Yakni dua remaja tanggung masih berseragam sekolah,
yang hanya duduk-duduk di atas sadel sepedamotor yang diparkir di depan
warung Ny Ngadiyo (satu-satunya warung yang masih bertahan di Deles) dan
sepasang pacar yang sedang bercengkerama di bawah pohon akasia dengan
beralas tikar sewaan dari warung Ny Ngadiyo. Selebihnya hutan Deles
benar-benar senyap, hanya terdengar bunyi serangga hutan. ”Mau ke atas
takut, sepi sekali, khawatir ada apa-apa,” kata dua remaja yang tidak
ingin disebutkan namanya, karena masih berseragam sekolah tersebut.
Ny Ngadiyo, salah satu saksi surutnya
kondisi wisata di Deles mengungkapkan saat ini ia tak bisa berharap
banyak mendapatkan penghasilan dari berjualan makanan. Ia tetap bertahan
membuka warung, sekadar mengisi waktu, setelah tidak bisa lagi bekerja
berat. Selain itu juga sekaligus menunggu ladang agar tidak diserang
kera-kera liar Merapi. Setiap hari belum tentu ada pengunjung yang
mampir ke warungnya. Hari Sabtu lalu, bahkan hingga pukul 14.00 hanya
ada tiga pengunjung yang datang. Itupun karena mereka berteduh setelah
turun hujan. ”Sekarang hanya saya yang buka warung, lainnya sudah tutup.
Liburan tetap sepi sekali, sepuluh orang saja kadang tidak ada,” kata
Ny Ngadiyo.
Ia berharap pemerintah daerah
mengupayakan kembali pengembangan objek wisata Deles Indah ini, sehingga
akan bisa membangkitkan perekonomian masyarakat sekitar. Salah satu
faktor yang berperan terhadap surutnya perkembangan wisata Deles, antara
lain semula akibat rusaknya jalan menuju objek wisata, serta padatnya
lalu lintas truk angkutan pasir yang membuat para wisatawan tidak
nyaman.
0 komentar:
Posting Komentar